Browsing Category

Zero Waste Journey

Hidup di Belanda Hidup Minimalis Zero Waste Journey

Toko bekas – A way to reduce waste

20th January 2018 - 5 min read

Ketika saya memutuskan untuk lebih concious mengurangi sampah, maka saat itulah saya tahu bahwa saya pun harus merubah kebiasaan belanja saya. Baik itu pakaian atau barang-barang rumah tangga.

Di Belanda ini pengolahan barang bekasnya relatif teratur, bahkan ada toko-toko bekas yang dikelola pemerintah. Selain yang dikelola pemerintah, banyak juga yang dikelola perseorangan. Bentuknya pun beragam, dari yang serba murah sampe yang curated dan fancy yang harganya di atas rata-rata barang bekas. Biasanya pilihan pertama untuk menyingkirkan barang-barang adalah titip jual ke platform-platform online. Cara lain dan biasanya cara terakhir adalah kalau nggak donasi, bisa drop ke second hand shop (secara cuma-cuma). For your info, di Belanda barang-barang yang ditaruh di donation bin (ada dimana-mana di Belanda khususnya untuk tekstil) suka end up ke toko bekas juga tapi pemerintah minta bagian untuk kemudian uangnya diputar kembali. Tujuan akhirnya tetap untuk kesejahteraan rakyat mereka, terutama yang kurang mampu. Karena toko bekas itu adalah source terakhir, jadi pilihan barang-barangnya memang nggak semua bagus, tapi kalau teliti dan beruntung bisa dapet barang yang keren dan unik yang nggak pasaran.

Impression dari toko bekas biasanya dari baunya, yang agak berdebu-debu sedep gitu. Which is orang-orang kebanyakan nggak prefer. Tapi kalau dipikir-pikir, agak sedih juga yaa bahwa orang-orang (termasuk saya sendiri) mengasosiasikan bau plastik dengan hal baru. Tapi itulah realitanya dengan konsumerisme jaman sekarang, orang lebih suka berbelanja di toko yang berbau plastik karena baunya berhubungan dengan hal baru. Menurut saya bau toko bekas itu kayak rumah yang udah nggak ditinggalin lama which has so many history in it. Kalau kata ‘bekas’ agak annoying, sebut aja ‘vintage‘. Somehow, reputasi kata ‘vintage‘ lebih baik dari kata bekas 🙂

Pergi ke toko barang bekas bisa bikin kerasa overwhelming bagi banyak orang (termasuk juga saya dulu) tapi saya punya beberapa pengalaman belanja bekas yang terbilang lumayan sukses, jadi saya akan bagikan tips-tipsnya. Beberapa hari yang lalu saya dapet tea pot lucu banget yang selama ini saya idam-idamkan heheh.. Yang paling saya sukai dari belanja di toko bekas adalah bisa berburu yang unik-unik, harga minimal, dan ngurangin carbon footprint.
Semoga bermanfaat yaaa..

  1. Dateng dengan tujuan

    Pas saya kuliah dulu saya suka mengunjungi toko second hand/toko bekas/thrift shop atau dalam bahasa belanda kringloop. Dulu pas masi pecicilan gitu alesannya cuma satu, pengen lihat-lihat dan kalau ada yang bagus pasti beli (padahal gak butuh). Akhirnya barang-barang itu cuma kepake sekali, 2 kali dan jadi piled up di rumah. Dateng tanpa tujuan hanya akan bikin overwhelmed dan berpotensi terjadinya impulsive buying. Jadi, jangan beli cuma karena murah. Kalau bisa, list barang-barang yang perlu dan jangan keburu-keburu. Disitulah art-nya belanja di toko bekas.

  2. Tentukan Budget

    Tentukan harga dari barang yang kamu beli. More or less nggak masalah. Bikin budget dari awal bakal ngerem kita untuk beli barang keburu-buru.

  3. Cuci dulu sebelum pakai

    This is a rule of thumb yang harus kudu banget dilakukan demi kebersihan dan antisipasi gatel-gatel.

  4. Puterin tempatnya yang lama, take your time

    Toko barang bekas penuh dengan harta karun tersembunyi yang kita nggak mau lewatin gitu aja.

  5. Don’t be afraid to walk out empty handed

    Remember, secondhand shopping takes time, dedication and patience. Tapi apapun itu, jangan takut keluar toko tanpa barang. Satu barang yang bisa dipake berkali-kali jauh lebih baik daripada beli 3 barang yang cuma akan dipakai sekali.

  6. Keep an open mind. 

    Kadang lingkungan memberi dampak ke bagaimana sebuah barang akan terlihat. Beri kesempatan dan lihat secara teliti barang-barang yang ada di depan kamu. It might be a big treasure without being noticed.

  7. Bawa tas kain gede

    Biasanya toko bekas nggak nyediain ‘cart’ atau trolley. Jadi tas kain gede akan berfungsi sebagai keranjang. Ini akan bikin kalian bisa lebih fokus berburu daripada harus bingung taruh barang di lengan.

  8. Pakai baju yang lumayan ngepas

    Mungkin untuk yang berjilbab bisa pakai baju pas di dalem kemudian baju yang gedenya diluar. Jadi gampang lepasinnya. Supaya gampang nyoba-nyoba dan ga perlu bolak balik ke kamar pas. Walaupun sampai saat ini belum pernah ke toko bekas yang ada kamar pasnya. Juga pakai sepatu yang gampang pakai lepasnya untuk coba-coba.

  9. Check the size and tag carefully

    Thrift stores terima banyak donasi dari orang-orang, bisa baru ataupun lama. Jadi ukurannya bisa dari negara beda-beda dan ukurannya pun juga beda-beda standarnya. Walaupun tokonya di Eropa belum tentu ukurannya dengan standar eropa.

     

    Toko bekas - A way to reduce waste Toko bekas - A way to reduce waste

Zero Waste Journey

Apa sih Meal Prep dan apa gunanya

14th January 2018 - 5 min read

Sudah beberapa minggu belakangan ini, setiap hari Minggu saya selalu menyempatkan waktu sore-sore untuk kegiatan yang biasa disebut dengan ‘Meal Prep’. Jadi buat yang nggak tau, prep itu kependekan dari preparation. Jadi intinya sih menyiapkan makanan, tapi dalam hal ini bukan makanan yang sesungguhnya melainkan bahan makanan yang mau dimasak di minggu ke depan. Sebenernya ide meal prep ini lebih untuk menghemat waktu buat orang yang pemalas kaya saya karena mempermudah dan mempercepat proses masak memasak 😛 Weekdays biasanya saya kerja sampe jam 6 sore. Dan di jam itu biasanya saya dan suami udah kelaperan.

Anyway, sebenernya masak adalah sesuatu yang super menyenangkan dan therapeutic, tapi saat masak sambil kelaperan yang ada jadi pengen cepet-cepet, mood jelek, rasa makanan jadi seadanya (kan kalau masak mood baik dan dari hati jadi enak ya biasanya :P) atau bahkan kadang saking gak kuatnya jadi jajan atau nyemil nggak sehat. Nah sebenernya ultimately alasan kesehatan dan penghematan ini yang bikin saya semangat meal prep. Tapi kemudian saya baca-baca lagi bahwa food waste makanan di dunia ini udah nggak karu-karuan lagi bentuknya. Kalau katanya BBC tuh food waste reduction could help feed world’s starving yang intinya ya saking banyaknya waste makanan di dunia udah sampe bisa ngasih makan orang miskin yang kelaperan.

Apa sih meal prep dan apa gunanya

Sedih ya lihatnya. Sedangkan masih banyak banget orang yang susah makan di dunia ini. Salah satu faktor penyebab adalah standar toko atau supermarket yang tinggi sehingga buah atau sayuran yang berbentuk nggak sesuai harus dibuang walaupun layak konsumsi. Jadi baik juga buat kita once in a while menyambangi pasar-pasar traditional atau farmer market. Di Pasar juga lebih memungkinkan kita untuk belanja tanpa pre-packed plastic. Faktor lain adalah people that do take for granted kemudahan untuk mendapatkan makanan. Kebanyakan jajan, akhirnya makanan yang di kulkas nggak kemasak, kelupaan, terus busuk. Atau kebanyakan belanja akhirnya nggak sadar bahan makanannya sudah numpuk dan udah nggak bisa diolah karena jelek atau expired. Kalau udah kaya gitu sayang banget kan….

Kembali lagi ke meal prep, tujuan awalnya adalah memotong waktu (dari potong memotong dan cuci mencuci) tapi kemudian bikin saya sadar bahwa (mudah-mudahan) jadi bisa berkontribusi untuk lebih concious, karena jadi lebih terbiasa untuk berpikir ke depan. Contohnya dari belanja, dari masak makanan apa minggu depan. Karena mereka semua berurutan. Tapi misalnya nggak sampe mikir jauh gitu juga gapapa. Mulai dari bahan yang paling basic contohnya bawang-bawangan (jangan lupa ditaroh di dalem container kedap ya, supaya baunya nggak kemana-mana dan supaya nggak mengundang bakteri). Ini deh saya share beberapa bahan-bahan yang bisa jadi ide dan aman untuk dipotong-potong. Stick to something ‘dry’ dan yang nggak berubah warna. 

  1. Beras merah atau quinoa. Biasanya waktu masak mereka lebih lama ketimbang beras biasa, nah meal prepnya dalam bentuk merendam di air. Besokannya bisa direbus dan diletakkan kembali di containter. Bisa jadi bahan untuk bento box lunch 🙂
  2. Potato atau sweet potato. Kalau yang ini all time favorite banget! Saya potong-potongnya sambil saya marinate dengan garam, garlic bubuk, merica, lemon dan olive oil. Jadi nanti tinggal di oven ajah 30 minutes selagi menyiapkan makan malam yang lain! Menurut saya potong potong kentang ini nggak banget ngabisin waktunya. Jadi mealprep ini super time saving.
  3. Meat. 
  4. Veggies. Sayur hijau, wortel, dan lain lain.
  5. Buah. Kebetulan di foto atas ada apel separo dan yang dipotong potong. Saya niat pengen bikin puff pastry dengan isi apel cinnamon. Nah isinya (yang dipotong) sudah saya siapkan jadi nanti tinggal isi-isi dan bake aja. Kalau setengahnya bakal jadi topping yoghurt untuk saya breakfast.

Saya jadi coba mengingat-ngingat dari mana idea meal prep ini saya dapet, ternyata dari salah satu youtuber favorit saya. Check it out 🙂 Super inspiring!

Zero Waste Journey

Zero waste recipe – DIY Body butter/lotion

14th January 2018 - 5 min read

I had purchased the ingredients long time ago before I made a decision to go less waste. Thus it might look very plastic-y, yet I try my best to re-use all the packages now that I go less waste. And also remember that although it might look so much more waste than buying a single product. A single product involve a lot of packages and single plastic use for transporting their goods. Imagine, it starts from the raw ingredients, to its material suppliers, to distribute the products from one place to another. So I guess try to see it from different perspectives, we all are trying in here 😀 Next I will look for bulk options!

Sudah dari tahun lalu saya mulai coba-coba bikin DIY skin care sendiri. Alasan awalnya untuk berbuat baik ke tubuh dan diri sendiri. Setelah belajar sedikit sedikit tentang ingredients yang suka dipakai di banyak produk komersil, saya jadi pengen pindah ke bahan-bahan natural. Terlalu banyak bahan-bahan yang memberi efek kurang baik untuk tubuh secara jangka panjang. Jadilah saya mulai browsing dimana beli bahan-bahannya dan sebagainya. Semakin kesini, dengan perjalanan ‘less waste‘ saya, saya pikir kenapa hanya treat diri sendiri kalau juga bisa treat lingkungan. Selain benefitnya banyak, proses bikinnya juga seru.

Bahan-bahan bisa dibeli dari Aliexpress, amazon atau organic store terdekat. Waktu pembuatan sekitar 1,5 jam (termasuk 1 jam dinginkan adonan di dalam kulkas).

Note: Awal nyoba pake 1:1:1 dari bahan padetnya (shea butter:mango butter:coconut oil), tapi untuk selera saya terlalu berminyak, jadi saya kurangi coconut oilnya. Perbandingannya jadi 1:1:1/2.

Bahan-bahan (untuk hasil 80-100 ml):

1 sdm shea butter
1 sdm mango butter (atau cocoa butter)
1/2 sdm coconut oil
1 sdt Sweet almond oil (optional)
10 drops Essential Oil (optional)
3 drops Vitamin E (optional)

Zero waste recipe - DIY Body lotion

Alat-alat

  • Double boiler (pyrex measuring cup) atau kalau nggak ada bisa pakai mangkok anti panas. Intinya sebagai penghantar panas tidak langsung dari panci dan kompor.
  • Baskom atau mangkok besar untuk campurin semua bahan dan untuk mixer
  • Panci
  • Mixer
  • Spatula
  • Jar kecil untuk simpan lotion

Zero waste recipe - DIY Body lotion

Cara membuat:

  1. Panaskan air di panci. Letakkan double boiler yang sudah diisi dengan campuran bahan padet; shea butter, mango butter, coconut oil. Aduk-aduk hingga leleh

Zero waste recipe - DIY Body lotion
Zero waste recipe - DIY Body lotion

Zero waste recipe - DIY Body lotion

2. Setelah leleh, angkat dari panci dan pindahkan ke baskom.

3. Teteskan essential oil, sweet almond oil dan vitamin E. Aduk-aduk hingga rata.

4. Masukkan ke dalam kulkas selama 1 jam.

5. Setelah 1 jam, keluarkan kemudian mixer hingga menjadi adonan butter halus atau sekiranya seperti body butter atau kalau pengen yang lebih cair, mixernya sedikit lebih lama. (Sayang banget nggak ada fotonya)

6. Masukkan hasil lotion ke dalam jar.

7. Simpan di temperature 20-25 derajat, jangan ditaru di bawah matahari langsung. Bisa juga ditaruh kulkas kalau kalian tinggal di iklim yang super duper menyengat.

Gampang banget kan dan pastinya sehat untuk kulit dan tubuh. Kalau mau bikin lebih banyak, tinggal kira-kira aja asal bahan padatnya 1:1:1/2. Kira-kira shelf lifenya bisa sampe 5-6 bulan apalagi sudah ditambah dengan Vitamin E yang selain beneficial untuk kulit juga bisa bikin umur natural product sedikit lebih lama. Tapi pasti sebelum shelf lifenya habis, body butter ini sudah bakal ludes dari jar. Saya pakai ini untuk muka, bibir, dan badan.

Selamat mencoba!!!

Hidup Minimalis Zero Waste Journey

Beginner’s guide to ‘zero waste’ living

7th January 2018 - 3 min read

Saya masih sangat super jauh dari ‘zero waste’ living. Tapi yang namanya merubah lifestyle nggak akan pernah bisa terjadi overnight. Beberapa hari yang lalu saat saya post di insta story mengenai post pertama saya mengenai zero waste, ternyata ada banyak teman yang juga tertarik. Saya jadi belajar bahwa sebenernya ini bukan persoalan baru, banyak yang tertarik tapi nggak tau mau mulai darimana dan bahkan ngerasa bersalah karena hidupnya masih jauh dari zero waste. Tapi bukan berarti karena nggak beli beras grosiran terus jadi sekalian belanja pakai plastik dan selalu beli botol minum. In fact, it’s all process and we just have to start somewhere. 

Jadi untuk saya sendiri atau kalian yang mulai tertarik dengan ‘zero waste’ or ‘less waste’ living, tanamkan di kepala hal-hal ini:

Cari the ‘WHY‘ (alesan kenapa kita pengen ‘zero waste’ living)

Banyak banget macam alesan yang bikin kita tertarik dengan zero waste living. Kalau saya, walaupun bukan surfers atau divers, saya lumayan aware dengan sampah-sampah yang berakhir di laut. Dari laut juga manusia bertahan hidup dengan konsumsinya, kembalinya akan ke kita-kita juga. Sedih juga dengan global warming in general yang lagi menyerang bumi akibat ulah manusia. I want my kids to still see what I see today. Kalau aja kita bisa lebih mindful dalam berperilaku dan lebih mengedukasi diri sendiri soal baik buruknya akan sesuatu, mungkin kerusakan itu akan melambat.

Apapun alasannya, find one you can always go back to!

Make a decision 

First step to anything is just to decide to do it. That’s a starting point of everything! We’ll never get ready to anything 100%, we just have to decide to do it.

Research gimana recycle, donasi, atau menjual barang-barang lama kita

Goal kita semua adalah ‘zero waste‘ jadi jangan dimulai dengan ngebuang semua barang yang udah lama di tempat sampah. Nggak perlu mulai dari nol. Saya masih pakai tas-tas plastik yang saya simpan dulu untuk digunakan kembali. Recycle sebisa kita, donasikan barang yang sudah ngga perlu atau hadiah yang nggak terpakai. Cari cara dimana sebaiknya mendonasi atau menjual barang-barang lama kamu untuk mencegah end-up di landfills.

Cek tempat sampah kamu

Tujuan utamanya sih supaya jadi tau sebenernya sampah macam apa yang paling banyak kita buat. Di kasus saya sudah pasti dari dapur, dari bahan-bahan makanan. Dari situ saya fokus untuk selektif ke masalah belanja mingguan.

Kalau misalnya kalian sering banget take out kopi atau makanan, mungkin bisa beli reusable mug atau meal prepping supaya nggak sering jajan, atau bawa container sendiri. Untuk product junkie, mungkin bisa cari alternatif lain untuk fulfill ‘kebutuhannya’ yang lebih sustainable. Kalau misalnya suka beli perintilan atau baju atau aksesoris, bisa mulai lihat-lihat pilihan toko bekas di flea markt atau second hand store. Dengan ini kita jadi bisa tahu dan memulai perlahan dari prioritas kita nomor satu.

Hidup Minimalis Self growth Zero Waste Journey

Belanja grocery menuju ‘zero waste’

6th January 2018 - 4 min read

Sampah harian yang paling besar asalnya dari rumah tangga alias dapur. Karena itu, untuk mengurangi sampah rumah tangga, sebisa mungkin kurangin jumlah sampah yang berasal dari belanjaan. Dari sinilah pentingnya daftar belanja karena selain untuk menghindari belanja yang nggak perlu, dengan daftar belanja kita bisa siapin kemasan atau kantong dari rumah.

Biasanya saya belanja mingguan setiap hari Sabtu. Bedanya hari ini saya kembali lagi ke Pasar setelah sekian lama. Usahakan memang sebisa mungkin memilih pasar sebagai pengganti pergi ke supermaket. Kalau bisa ke Farmer market/ Pasar Petani, hanya aja belum ada regular farmer market di daerah rumah saya. Ini bakalan lebih effort sih karena Supermarket dan toko-toko lain hanya sejengkal dari rumah saya sedangkan ke pasar perlu waktu sedikit lebih lama (5 menit naik sepeda). Jadi tadi akhirnya saya ke beberapa tempat yang berbeda, ke pasar, ke supermarket dan toko turki. Mungkin minggu-minggu selanjutnya saya akan stick dengan toko turki dan supermarket. Kalau memang mau ke Pasar akan sekalian ke Farmer market.

Inilah tips-tips yang nggak terlalu ekstrim yang juga bisa digunakan untuk memulai belanja  dengan ‘zero waste‘:

1. Bawa +- 2 tas kain besar

Untuk barang-barang besar seperti sayur dan buah bisa langsung masuk ke tas kain besar.

2. Bawa +- 3 tas kain kecil-kecil

Tas kain kecil-kecil ini fungsinya untuk memuat belanjaan yang loose seperti kacang-kacangan, bawang-bawangan atau buah yang kecil-kecil tapi kering (anggur, jeruk mandarin, leci, dsb). Dalam hal ini buah yang gampang berair kayak berries memang agak tricky. Kalau belinya sudah harus pak-pak-an kita jadi nggak punya pilihan lain, tapi kalau dijual loose bisa pakai container dari rumah (liat di poin berikutnya).

3. Bawa lap rumah (cloth atau napkin) yang bersih

Fungsinya untuk meng-cover roti, kacang-kacangan atau belanjaan kecil kering yang butuh untuk dipisahkan

4. Bawa container gelas atau plastik high quality

Ini fungsinya untuk menaruh jajanan-jajanan atau barang-barang basah yang kita beli. Bisa sebagai pengganti tas-tas kecil atau napkin. Nah kekurangannya adalah container ini terbuat dari gelas yang cenderung menambah ekstra berat dari belanjaan kita. Kalau nggak salah jaman sekarang di Indonesia ada brand yang ngasih jaminan wadah plastik seumur hidup, jadi mereka menerima wadah yang sudah rusak dan menukarnya dengan yang baru. Wadah yang rusak akan didaur ulang menjadi wadah baru. Salah satu contoh yang saya tahu adalah twin tulipware. Nggak tahu sekarang masih atau enggak, bisa dicek di web mereka.

5. Bawa tas plastik bekas yang ada di rumah

Karena saya masih super duper pemula jadi saya masih punya simpanan plastik-plastik di rumah. Dan memang masih suka lupa untuk menghentikan penjual-penjual untuk nggak secara otomatis ngepakin dengan plastik. Biasanya plastik ini dibawa untuk mewadahi daging, ayam, ikan atau belanjaan yang basah.

Belanja kali ini masih jauh dari sempurna. Tapi yang jelas saat saya bikin ‘decision‘ untuk menuju ‘zero waste‘ saya jadi lebih mindful belanjanya. Untungnya di Belanda proses recycle gelas dan karton/kertasnya bagus. Jadi walaupun sebisa mungkin menghindari, kalau masih kebeli pun lega juga karena tau akan direcycle dengan baik.

Pada awalnya memang terasa lebih merepotkan. Contohnya untuk nggak keduluan penjual ngepakin di plastik. Perlu kelihaian untuk cepat tanggap dan menyodorkan wadah kita. Mungkin juga cara menimbang yang aneh ini membuat penjual agak malas melayani karena menyita waktunya. Juga kasir yang ngeliriki karena mereka nimbangnya jadi ribet. Salah satu caranya kalau di pasar lihat-lihat dan pilih penjual yang sedang tidak melayani banyak pembeli.

Selamat belanja!

 

Hidup di Belanda Hidup Minimalis Zero Waste Journey

‘Zero waste life’ project untuk pemula

4th January 2018 - 5 min read

Di hari ke-4 tahun baru ini saya pengen share salah satu poin penting dari resolusi yang beberapa hari lalu saya buat, yaitu Zero waste life. Kedengerannya susah dan ribet, kenyataannya emang lumayan susah dan rumit (hehe). So far saya harus bilang tantangannya gede banget apalagi kalau kita orang yang nggak pengen ribet. Tapi lagi lagi, saya nggak bisa terlalu perfeksionis dalam hal ini karena yang ada malah hanya jadi wacana. Saya sebutnya lebih suka ‘less waste‘. Supaya kita lebih concious mengenai our food print.

Salah satu kunci untuk transisi ke habit baru adalah nggak usah terlalu drastis terutama saat kebiasaan itu adalah bagian dari hidup kita sehari-hari. Juga, menerima dengan lapang dada bahwa tantangan itu pasti ada. Kalau memang masih nggak bisa ya nggak apa-apa. Jangan fokus ke kata-kata ‘zero’ tapi ke ‘reduce’nya. Emang bisa jadi frustrating saat lagi di “zero-waste” mode terus liat banyak banget waste yang kita masih buat. Tapi yang perlu kita tau, fokus ke ‘reduce’ atau mengurangi. Sesungguhnya memang ini proses yang panjang dan lama.

Menurut saya, tantangan yang paling utama adalah beli barang-barang yang nggak ‘packaged‘ atau dibungkus karena biasanya di supermarket seluruh barang dibungkus kalau mau memenuhi standar kebersihan dan sebagainya. Nggak usah di supermarket besar, di toko turki kecil-kecil deket rumah saya semua barang jualannya sudah terbungkus rapi dari pabrik. Sedangkan untuk belanja ke Pasar harus di hari-hari tertentu.

Nah, beberapa hal di bawah ini menurut saya adalah hal ‘simple‘ yang bisa kita semua mulai untuk ke arah gaya hidup yang ‘zero waste’. Nantinya bisa ditambah dan ditingkatkan jadi lebih baik lagi dan lagi. Istilahnya ‘habit staple‘. Saat kita sudah terbiasa akan sesuatu, disitulah saat kita untuk mengenalkan habit tambahan yang relate akan habit yang kita sudah terbiasa.

  1. Pakai search engine ECOSIA

ECOSIA adalah search engine yang menanam pohon. Saat kita mencari dengan ECOSIA layaknya kita mencari info dari google, otomatis 1 pohon akan ditanam oleh organisasi-organisasi yang bekerja sama dengan mereka. Super cool concept!!!  Dari search ads yang kita cari mereka dapat income dan dari situ mereka ambil profit 80% untuk menanam pohon. Doing something good by doing you normally do. What can be better than that. And you truly make an impact! Check their planting activities in here. Their aim is 1 billion trees by 2020. So inspiring.

Okay and then let’s First understand 5Rs of waste management which is Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot. Untuk memulainya, kita bisa mulai dari Refuse, Reduce, and Reuse.

    2. REFUSE goodie bags, free stuff, atau bahkan kalau perlu gift yang nantinya berpotensi menyimpan barang di rumah. Bahkan barang-barang itu belum tentu kepake.

      3. Tau nggak berapa lama plastik bisa terurai? 1000 tahun. REDUCE plastik adalah salah satu hal yang paling membantu buat lingkungan. Mulai dari REUSE garment bags atau tas kain untuk belanja. Selalu siapkan satu tas di tas pergi kita, in case kita perlu beli sesuatu yang nggak terencana. Dan kalian harus tau bahwa beli buah dengan plastik transparan itu nggak wajib, kita bisa nggak pake plastik atau bawa tas kita sendiri. Untuk beli barang-barang loose kaya beans atau legumes, mason jar bisa jadi penolong. However, nemuin bulk store di Belanda susah banget.

      4. REFUSE sedotan dari restoran atau cafe. Bilang di awal saat pesen untuk nggak pake sedotan. Kalau memang prefer pakai sedotan, bisa bawa sedotan sendiri dari rumah yang berbahan acrylic atau steel. Emang kudu niat hehe

      5. REUSE botol minum yang bisa diisi kapan aja

     6. Pakai tootbrush dari bamboo. Sekarang saya masih pakai yang elektrik, itu akan jadi waste saat dibuang. Jadi selagi sikat gigi masih berfungsi dengan baik, saya hanya mengganti ujung sikatnya.

    7. Bawa silverware atau peralatan makan yang bisa di REUSE instead of sekali pakai kaya yang kita ambil dari supermarket (Albert Heijn, Jumbo, etc).

   8. Belanja di Pasar karena di Pasar lebih banyak pilihan untuk bahan-bahan makanan atau apapun tanpa ‘packaging‘. Sebenernya sadar atau nggak, less waste ini equals dengan hidup yang lebih sehat. Kenapa? karena sebenernya pilihan kita untuk beli barang yang nggak dikemas itu super limited, it will leave us with fresh food, fruits, veggies and ingredients. No processed food with preservatives for sure.

Mulailah dari yang terkecil dan termudah. Karena itulah yang sebenernya adds up atau terjumlah. Semoga menginspirasi untuk lebih sadar akan footprint kita di dunia ini. Happy less wasting!!!!!!