Browsing Tag

Indonesian living abroad

Self growth Thoughts

How to slow down the time

11th February 2018 - 6 min read

Where did the time go?? Time flies by so quickly! Oh my God, it’s already February! 

Questions and words I have told to myself. And yes, it is indeed already MID OF February.

Rasanya baru kemarin nunggu sampe jam 12 buat tahun baruan. Tiba-tiba sekarang sudah hampir Maret ajah. Terlalu sering saya membiarkan waktu berlalu begitu saja. Saya sempet baca-baca soal persepsi waktu, mungkin ini saatnya untuk mengulang dan mengingatkan saya sendiri soal sains dan persepsi waktu. Let’s slow down the time a bit. 

Rentang umur rata-rata manusia di dunia itu sekitar 70 tahun, tapi beberapa orang bisa (merasa) hidup lebih lama dari orang lain. Bukan dari segi fisik, tapi di dalam pikiran. Saya pernah baca, “if our experience of time passing were reliable, we wouldn’t need to check our clocks and watches so often” yang maksudnya kalau waktu bisa diandalkan, harusnya kita nggak perlu lagi sering-sering memerhatikan jam tangan kita. Adding another perspective banget!!. Jadi, waktu itu relatif/subyektif yang memberi kita kesempatan untuk memanipulasinya.

Time is perceived by our brains. Otak kita terus memproses informasi yang ada di sekitar kita, apa yang kita lihat, dengar, cium, sentuh. Intinya, otak kita membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses hal baruJadi saat kita melakukan hal yang sama setiap hari, maka otak akan memprosesnya lebih cepat dan tidak sedetail itu karena sudah terbiasa. Contoh gampangnya, setiap hari saya harus check in – check out di transportasi publik, karena ini hal yang selalu saya lakukan, kadang saya lupa sudah swipe atau belum. Karena saat saya melakukannyaotak saya udah nggak perlu effort untuk memproses. Kesimpulannya, saat kita melakukan kebiasaan setiap hari, waktu akan terasa lebih singkat dan kita nggak akan dapat mengingat detailnya dengan jelas. Kayak autopilot gitu loh otaknya. Pernah nggak ngerasa saat ke tempat baru, waktu berangkat lebih kerasa lama daripada waktu baliknya? Yep! That is it.

Saat kita buat pengalaman baru, otak akan ‘kaget’ dan membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses momen dan juga mengolahnya secara lebih rinci. Pengalaman baru ini akan berkesan dan terasa lebih lama dari segi waktu. Ada perbedaan dari seseorang yang hari-harinya diisi dengan pekerjaan di tempat yang berbeda-beda dan yang setiap hari ke kantor. Mungkin ini salah satunya kenapa saya masih ngerasa waktu berjalan dengan cepat walaupun sebisa mungkin saya berusaha untuk berkegiatan di waktu off kantor saya.

Knowing this, if you want to savor your time and slow it down, basically you just have to expose your brain to new things and do not forget to be present:

1. Be present  – pay more attention

Salah satu hal yang paling efektif untuk slowing down the time adalah be present and pay attention. Cepet atau enggaknya waktu tergantung dengan seberapa banyak dan what kind of attention we pay to the experience. Notice what’s happening by being more mindful, dengan lebih mindful kita juga akan lebih membuat keputusan-keputusan yang lebih bijaksana untuk menggunakan waktu kita.

2. Meditate or solemnly pray

Meditasi dan atau berdoa/sholat secara khusuk itu bisa ngebantu untuk lebih mindful. Saat kita mindful melakukan sesuatu, waktu akan berjalan semakin pelan. Pun jadi semakin aware dan observe apa yang terjadi di sekitar kita.

3. Count your gratitude every single day

If you can’t slow down the time during the day, slow down the time by writing your gratitude every single day. Saat sudah kebiasa untuk nulis gratitude journal, during the day otak kita akan terbiasa untuk menghitung dan point out, this will go to my gratitude journal! Itu secara nggak langsung bikin kita untuk lebih pay attention dengan apa yang sedang terjadi.

4. Focus on what you want and make a conscious decision

Put yourself first, otherwise before you know it your surroundings will drag you and use up your time. Menurut saya, this is one of the ways to love ourselves. “Love it enough to set boundaries, your time and energy are precious, you get to choose how to use it”.

5. Expose with NEW THINGS

Add new things and be outside of our comfort zone nggak hanya slowing down the time tapi juga memberi banyak benefit ke kehidupan kita. Untuk mencoba sesuatu yang baru kita harus menggunakan courage, otomatis semakin lama kita akan semakin terbiasa untuk berani mengambil new challenge. Selain itu nyobain sesuatu yang baru juga akan membuka opportunity untuk menemui hal-hal yang kita suka.. tanpa mencoba kita nggak akan pernah tau kita suka akan sesuatu atau nggak. Juga jadi nggak bosen dan kita pun berkembang sebagai individu.

 – Learn new thingsZero waste, konsep minimalis, main instrumen, dance, bikin craft, bikin keramik, bikin kosmetik sendiri, dll

 – Try new things: Bikin menu masakan baru, makan buah atau sayur yang belum pernah coba sebelumnya, dll

 – Visit new places: Nggak harus muluk-muluk ke negara lain, bisa coba ke kota lain atau ngelewatin jalan yang nggak biasa kita lewatin sebelumnya. Trust me, you’ll always manage to find something beautiful! 

 – Meet new people: Saya selalu merasa struggle dengan ini karena pada dasarnya saya introvert, tapi saya menganut konsep ‘fake it till you feel it’ dan saya percaya bahwa apa yang kita kerjakan akan meng-influence apa yang kita rasakan. That’s how we attract positivity, well and new people in this case. Saya juga percaya berkenalan dengan orang baru akan selalu memberi ‘take out‘ ke kehidupan kita untuk dipelajari. Sekarang saya sudah jauh lebih santai untuk berkenalan dengan orang baru daripada 4 tahun yang lalu. Practice makes better 🙂

 – Be spontaneous

So let’s not take time for granted and live a more interesting and full life!!!!!!!

Hidup di Belanda Hidup Minimalis Zero Waste Journey

Toko bekas – A way to reduce waste

20th January 2018 - 5 min read

Ketika saya memutuskan untuk lebih concious mengurangi sampah, maka saat itulah saya tahu bahwa saya pun harus merubah kebiasaan belanja saya. Baik itu pakaian atau barang-barang rumah tangga.

Di Belanda ini pengolahan barang bekasnya relatif teratur, bahkan ada toko-toko bekas yang dikelola pemerintah. Selain yang dikelola pemerintah, banyak juga yang dikelola perseorangan. Bentuknya pun beragam, dari yang serba murah sampe yang curated dan fancy yang harganya di atas rata-rata barang bekas. Biasanya pilihan pertama untuk menyingkirkan barang-barang adalah titip jual ke platform-platform online. Cara lain dan biasanya cara terakhir adalah kalau nggak donasi, bisa drop ke second hand shop (secara cuma-cuma). For your info, di Belanda barang-barang yang ditaruh di donation bin (ada dimana-mana di Belanda khususnya untuk tekstil) suka end up ke toko bekas juga tapi pemerintah minta bagian untuk kemudian uangnya diputar kembali. Tujuan akhirnya tetap untuk kesejahteraan rakyat mereka, terutama yang kurang mampu. Karena toko bekas itu adalah source terakhir, jadi pilihan barang-barangnya memang nggak semua bagus, tapi kalau teliti dan beruntung bisa dapet barang yang keren dan unik yang nggak pasaran.

Impression dari toko bekas biasanya dari baunya, yang agak berdebu-debu sedep gitu. Which is orang-orang kebanyakan nggak prefer. Tapi kalau dipikir-pikir, agak sedih juga yaa bahwa orang-orang (termasuk saya sendiri) mengasosiasikan bau plastik dengan hal baru. Tapi itulah realitanya dengan konsumerisme jaman sekarang, orang lebih suka berbelanja di toko yang berbau plastik karena baunya berhubungan dengan hal baru. Menurut saya bau toko bekas itu kayak rumah yang udah nggak ditinggalin lama which has so many history in it. Kalau kata ‘bekas’ agak annoying, sebut aja ‘vintage‘. Somehow, reputasi kata ‘vintage‘ lebih baik dari kata bekas 🙂

Pergi ke toko barang bekas bisa bikin kerasa overwhelming bagi banyak orang (termasuk juga saya dulu) tapi saya punya beberapa pengalaman belanja bekas yang terbilang lumayan sukses, jadi saya akan bagikan tips-tipsnya. Beberapa hari yang lalu saya dapet tea pot lucu banget yang selama ini saya idam-idamkan heheh.. Yang paling saya sukai dari belanja di toko bekas adalah bisa berburu yang unik-unik, harga minimal, dan ngurangin carbon footprint.
Semoga bermanfaat yaaa..

  1. Dateng dengan tujuan

    Pas saya kuliah dulu saya suka mengunjungi toko second hand/toko bekas/thrift shop atau dalam bahasa belanda kringloop. Dulu pas masi pecicilan gitu alesannya cuma satu, pengen lihat-lihat dan kalau ada yang bagus pasti beli (padahal gak butuh). Akhirnya barang-barang itu cuma kepake sekali, 2 kali dan jadi piled up di rumah. Dateng tanpa tujuan hanya akan bikin overwhelmed dan berpotensi terjadinya impulsive buying. Jadi, jangan beli cuma karena murah. Kalau bisa, list barang-barang yang perlu dan jangan keburu-keburu. Disitulah art-nya belanja di toko bekas.

  2. Tentukan Budget

    Tentukan harga dari barang yang kamu beli. More or less nggak masalah. Bikin budget dari awal bakal ngerem kita untuk beli barang keburu-buru.

  3. Cuci dulu sebelum pakai

    This is a rule of thumb yang harus kudu banget dilakukan demi kebersihan dan antisipasi gatel-gatel.

  4. Puterin tempatnya yang lama, take your time

    Toko barang bekas penuh dengan harta karun tersembunyi yang kita nggak mau lewatin gitu aja.

  5. Don’t be afraid to walk out empty handed

    Remember, secondhand shopping takes time, dedication and patience. Tapi apapun itu, jangan takut keluar toko tanpa barang. Satu barang yang bisa dipake berkali-kali jauh lebih baik daripada beli 3 barang yang cuma akan dipakai sekali.

  6. Keep an open mind. 

    Kadang lingkungan memberi dampak ke bagaimana sebuah barang akan terlihat. Beri kesempatan dan lihat secara teliti barang-barang yang ada di depan kamu. It might be a big treasure without being noticed.

  7. Bawa tas kain gede

    Biasanya toko bekas nggak nyediain ‘cart’ atau trolley. Jadi tas kain gede akan berfungsi sebagai keranjang. Ini akan bikin kalian bisa lebih fokus berburu daripada harus bingung taruh barang di lengan.

  8. Pakai baju yang lumayan ngepas

    Mungkin untuk yang berjilbab bisa pakai baju pas di dalem kemudian baju yang gedenya diluar. Jadi gampang lepasinnya. Supaya gampang nyoba-nyoba dan ga perlu bolak balik ke kamar pas. Walaupun sampai saat ini belum pernah ke toko bekas yang ada kamar pasnya. Juga pakai sepatu yang gampang pakai lepasnya untuk coba-coba.

  9. Check the size and tag carefully

    Thrift stores terima banyak donasi dari orang-orang, bisa baru ataupun lama. Jadi ukurannya bisa dari negara beda-beda dan ukurannya pun juga beda-beda standarnya. Walaupun tokonya di Eropa belum tentu ukurannya dengan standar eropa.

     

    Toko bekas - A way to reduce waste Toko bekas - A way to reduce waste

Culinary Europe Italy

2 Days 1 Night in Florence

20th August 2017 - 6 min read

 Damar and I went merely for 2 days as a part of our Italy Backpacking trip which you can get the tips here. And surely 2 days are not enough if you want to take your time and enjoy its full beauty. Therefore, we went to get a quick look for the full experience. A must do if you only have short time!

By the way, Florence is one of the most walking friendly city. Everything is a walking distance so we did not spend any thing for transportation. YES!

Some of these tips I received from my Italian colleague, who used to study in Florence for a few months. Thus the place surely is pocket friendly (Indonesian: ramah kantong hahah) yet has been approved by local.

We arrived in the evening, we initially wanted to make it to the Hill (Piazzale Michelangelo) for the sunset but we were too late because we also wanted to go to the famous bridge. Well I guess, one has to choose. If you have extra days, it would be perfect.

Place to eat:

  • Go to the San Lorenzo market – a food market where they sell great Italian products and there are also a couple of places where you can have lunch. Just randomly visit, it’s cheap and nice.
  •  Trattoria Mario near San Lorenzo – according to my Italian friend is also a fantastic place for lunch. You share the table with the other guests and it’s very simple but food is really really good. Apparently the Dutch queen liked it too and she had lunch there when she went to Florence. I do not think she shares table though.
  • Near S. Lorenzo (via S. Antonio) there’s another place called Bistrot la Capannina. It is a very good place for lunch, especially if you want a good pasta. We went here for dinner, I took the gnocchi which is so good. Their portion is huge. It’s a good value of money.
  • Near S. Margherita church there is a tiny place called Da’ Vinattieri. They have good wine and good food. They have only one table with stools but it’s nice to get a glass of wine and stand outside with all the locals.
  • According to my Italian friend, the best Italian gelato is from Perche’ No in via de’ Tavolini and she is true! Totally recommended! Take anything classics, it’s heaven!Florence Italy Trip Tips

Place to go:

  • Ponte Vecchio, the name sounds strange but all of you must know this one. It’s the famous bridge of Florence. It’s within walking distance with the center. You should go there during the day and before sunset as we talk about different experience. You will feel the romance of the city by the jazz/blues music played by the locals in that bridge. If you want some extra cheesiness, people sell red roses are also known in there, buy one for your loved one 😉
  • Florence Italy Trip Tips Florence Italy Trip Tips
  • Piazalle Michelangelo, you will see a perfect panoramic view of Florence from this hill. It’s quite a hike, but super worth it. During a hot day, you don’t want to forget a bottle of water, sunscreen and sunnies. It was 25 degree in April when we were there. It maybe cliche tourist stop but it never fails to catch the heart of those who walk the path to the top. Prepare your camera and best smile. Florence Italy Trip Tips
  • Go to Piazza della Signoria late at night when all the tourist are gone. It’s empty and majestic. Such an incredible place when it’s empty. This is the L-shaped main square in Florence. It’s in the city and nearby Ponte Vecchio. Florence is a distance friendly city. So don’t worry, you will not miss it..
  • Another must see according to my collegaue is the Boboli Garden if the weather is nice. Too bad we did not have enough time to make. But next time, we definitely will.
  • Duomo di Firenze, you’ll be captivated with this gothic-styled cathedral that was built in 1296. It’s part of the UNESCO World Heritage Site.
  • San Lorenzo Market this is where you can find leather markets from all qualities. Be careful in choosing the real good leather. I will post a tips in choosing real leather from this market. This is sort of a traditional market, yet in general Florence is the place of a good leather product. Don’t hesitate to stop to one of the stores in the center. They are usually cheaper than retail store in other countries.

Video