Browsing Category

Finance

Finance Hidup Minimalis

Pentingnya Dana Darurat dan Tips untuk memilikinya

13th April 2020 - < 1 min read

Di masa sekarang ini, aku semakin yakin bahwa dana darurat itu merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan oleh rumah tangga atau individu. Alasannya karena dana darurat adalah salah satu hal yang bisa kita kontrol di antara hal-hal yang ada di luar kendali kita, seperti contohnya di masa pandemi saat ini. Di video ini aku bercerita mengenai pentingnya dana darurat dan juga tips untuk mempunyainya. Paling penting, stay safe and healthy physically juga mentally. Love and light

 

Finance Hidup Minimalis

Pengalaman Investasi

22nd August 2019 - 6 min read

Setelah kemarin sempat membahas mengenai relevansi antara finansial dan hidup minimalis, next thing is what to do with the extra money saved. Untuk saya intinya adalah dialokasikan ke hal yang lebih prioritas. Prioritas bisa sangat berbeda-beda tiap orang, untuk aku sendiri bisa ke hal-hal seperti travel, sedekah, juga investasi.

Ini adalah salah satu pertanyaan yang sering aku terima begitu membahas mengenai finansial. Investasi kah? Kalau iya, investasi kemana?

Tabungan itu adalah suatu hal yang tidak dapat diganggu gugat setiap bulannya. Kami menargetkan sekitar 10-30% tergantung kewajiban yang harus dijalani di bulan tersebut. Tapi kadang sisa dari pengeluaran di bulan itu, juga menjadi sumber dari uang yang kami masukan ke pos investasi.

Aku akan sharing berdasarkan pengalaman aku dan Damar, kemana-mana saja mengalokasikan tabungan kami untuk berinvestasi. Sebagai milenial di jaman sekarang dimana lifestlye bisa disalah artikan dan jadi prioritas utama, kita harus banget membuat target finansial dan rencana dimana kita akan berinvestasi, karena membiarkan di bank saja tidak cukup. By the way, berdagang juga bisa jadi moda investasi lho, dan disini saya pun melakukannya.

Sebelum mulai, ada 2 macam investasi, yaitu Physical Investment dan Financial Investment.

Physical Investment – Berwujud, contohnya rumah, emas batangan, lukisan, tanah, dan lain-lain
Financial Investment – Tidak berwujud, atau terkadang berbentuk surat atau kertas, contohnya Saham, Reksadana, Forex, peer to peer landing, Surat hutang dan lain-lain

Kebetulan keduanya kami lakukan. Untuk physical investment kami alhamdulillah ada rumah dan untuk financial investment kami mencoba beberapa hal berikut

  1. Deposito
  2. Surat hutang negara
  3. Reksadana
  4. Saham.

Kenapa kami nyoba beberapa hal? karena kami ingin mencoba-coba mana yang paling cocok dengan kebutuhan kami. Dan ke-4-nya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Kira-kira pros dan cons-nya seperti ini.

PROS CONS
Deposito Pasti, Bisa dilakukan kapan aja, Dijamin oleh bank yang kemudian
ditanggung pemerintah, , Mudah, Bisa di roll over
Bisa diambil saat jatuh tempo (bisa milih kapan harus diambil, semakin lama,
semakin banyak return-nya),
Riba masih tidak jelas statusnya
Surat Utang Negara Pasti, Hanya bisa dilakukan di waktu tertentu, Dijamin oleh negara,
Bunga lebih tinggi dari deposito – bisa memilih pilihan syariah (SUKUK)
Uang di keep 2 tahun
Reksadana Diversifikasi risk lebih mudah, bisa dicairkan kapan saja,
return untuk jangka panjang
Harus memilih produk yang sesuai
Saham High risk – High Return Agak ribet untuk set up account
Rumah Property value cenderung akan selalu naik, bisa disewakan High investment, tidak dapat diprediksi, perlu cost untuk maintain,
absen-nya penyewa

Beberapa hal untuk dijadikan pertimbangan adalah latar belakang dari dimana kita menginvestasikan (perusahannya, banknya dll) apakah memiliki rating dan sejarah yang baik atau tidak. Disini aku tidak akan membahas mengenai perdebatan riba dan kaitan perusahaan-perusahaan yang kami pinjami uang dengan apakah mereka korupsi, apakah mereka do something good for the society yang berhubungan dengan gaya hidup yang aku anut, karena ini riset pribadi dan juga menggunakan feeling/instinct. Saat kalian tidak merasa benar atau tidak tenang, jangan dilakukan!

Di post kali ini aku ingin cerita salah satu instrumen yang relatif ramah, yaitu Reksadana. Uang bisa dicairkan kapan saja, return cukup okay dibanding deposito plus kamu juga tidak perlu untuk terus monitor.

Tapi pertama-tama, tujuan berinvestasi itu penting. Buat apa dan untuk jangka waktu berapa lama kita harus tahu. Kita harus bisa bedakan yang namanya main dan nabung saham. Reksadana itu lebih tepat disebut dengan menabung, tapi memang keuntungannya per bulan tidak seberapa. Kalau untuk short term dan high investment, main saham saja, tapi harus ada deep knowledge mengenai ini, harus ngerti banget dan banyak waktu untuk mantau juga banyak uang di awal. Kalau Reksadana, dipercayakan ke asset manager (manajer investasi) yang punya waktu dan pengetahuan.

Reksadana is not for everyone. Karena ini untuk orang-orang yang punya tujuan investasi memang untuk di masa depan. Harus sabar dan jangan gatel untuk dicairin. Uangnya memang bukan untuk sekarang, tapi untuk 5 tahun bahkan 10 tahun kedepan.

Dimana belinya Reksadana?

Bisa ke kantor manajer investasi (tapi cabangnya tidak banyak), ke bank atau online. Enaknya kalau online itu bisa diakses kapan aja dan mudah. Sekarang ada banyak banget platform diluaran sana yang menawarkan jasa penjualan reksadana, tapi saat dilihat-lihat banyak banget pilihan produknya jadi bingung sendiri. Terus kebanyakan perlu modal paling nggak 100rb, sampai akhirnya menemukan si Ajaib. Dia bentukannya aplikasi, sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK & Kemkominfo, bisa mulai investasi dengan minimum modal awal sebesar Rp 10.000 lewat proses pembukaan akun online hanya dalam 1 menit!

Bekerjasama dengan manajer investasi terbaik yang berpengalaman lebih dari 20 tahun, tanpa biaya pembukaan akun, tanpa biaya proses pembelian, penjualan dan pengalihan dan yang paling enak itu ada fitur live chat dengan ahli keuangan Ajaib.

Kalian bisa pakai referral code ku – muri912

Dengan kode referral ku kalian bisa mendapat 10rb ekstra, dan aku bisa main di ‘magic carpet’ dengan kemungkinan mendapatkan 10rb-1juta reksadana gratis.

Apa yang masih aku gunakan sekarang setelah mencoba?

Surat Utang Negara, Reksadana dan Rumah.

Finance Hidup Minimalis

Mengatur Finansial dengan Gaya Hidup Minimalis (Free template)

10th July 2019 - 7 min read

Caution: Aku bukan konsultan finansial professional or whatsoever and I am not that filthy rich. Hanya berdasarkan pengalamanku, minimalisme dan finansial memiliki banyak keterkaitan.  Menurut aku, konsep itu sangat mengajarkan bagaimana kita berkesedaran dengan konsumsi kita, less on the materialistic thing that adds joy and we are passionate about. And I want to share with you about it..

 

Semenjak mengubah diri menjadi lebih berkesadaran dalam hal konsumsi, mau tidak mau hal itu memberi efek kepada bagaimana caraku mengeluarkan uang. Karena menurutku things don’t spark joy just by it is (just like love at the first sight), tapi juga dari history, story and price tag.

Cara aku mengeluarkan uang dan menimbang-nimbang pun berbeda. Aku memastikan semua hal yang wajib/kebutuhan (rent, utilities, mortgage, zakat, tabungan, dll) sudah terbayarkan. Bukan berarti aku sama sekali nggak boleh beli yang aku pengen, tapi aku selalu make sure bahwa yang aku pengen itu memberi nilai lebih di kehidupan aku dan Damar.

Oke, aku cukup banyak berbicara soal memberi value/nilai. Tapi apa sih sebenernya nilai dalam kehidupan kita itu? Tentunya setiap orang akan berbeda dalam mendefinisikan ini, tapi kalau aku boleh sedikit menjelaskan menurut aku. Values atau nilai pada dasarnya adalah hal-hal yang kita percayai penting dan bisa mempermudah kehidupan plus membuat kita bahagia jangka panjang. Contoh: Membeli sebuah baju, beli karena memang baju tersebut belum kita miliki, kita butuhkan, bisa digunakan dalam jangka panjang. Atau mobil misalnya, tapi mobil yang dipilih memang yang betul bisa kita afford (jadi nilai-nya dilihat dari manfaat) bukan terus ambil lease atau cicilan BMW seri terbaru. Kalau carinya yang mobil high class tapi kita sendiri masih kesulitan finansial, itu bukan needs tapi wants. Dan apakah itu menambah value di kehidupan kita?

Ketika hal-hal yang kita lakukan (termasuk yang kita konsumsi) sudah sesuai dengan nilai-nilai yang kita anggap penting, hidup biasanya jadi lebih happy, karena juga akan berefleksi ke tabungan hehe Ini kalau ngomongin nilai-nilai yang berhubungan dengan finansial ya, saat kita bicara soal nilai-nilai personal pun sama, kalau kita tidak menjalankan hidup berdasarkan nilai-nilai tersebut, kita nggak akan happy. Bener nggak?

 

Oke kembali lagi ke finansial.

Satu kunci yang harus kita pegang

 

Spend less money than you make.

 

Karena kita tahu sendiri, aku juga punya pengalaman, berapapun yang kita hasilkan, kalu kita nggak sadar, akun bank kita rasanya selalu punya agenda yang berbeda. Tiba-tiba uang habis aja, no matter how much we get raise. Yang seringnya terjadi adalah saat kita dapat uang, projek sukses, hal yang ingin kita lakukan adalah upgrading (rumah, car, menaikkan lifestyle). Think this way: Kalau kita lebih mindful, hati-hati dalam memilih lifestyle, maka 5-10 tahun ke depan sebetulnya kita akan punya security dan hidup yang lebih baik.

 

Do you notice? Marketing is driven to make us feel we deserve the indulgence. Kita selalu bisa aja menemukan justifikasi untuk membeli sesuatu, karena kita sudah kerja keras dan lain-lain. Tapi kalau kita lihat dari sisi yang lain, dengan kerja keras kita apakah kita deserve to live just paycheck by paycheck? I don’t think so. Kita deserve hidup yang lebih baik dan security di masa mendatang. Kalau kita gak mindful mengkurasi feed sosial media kita, kita akan ngerasa kita harus keep up dan ada ketakutan tersendiri (fear of missing out).

Rich people are rich because they make smart decision. They don’t go out and lease BMW. They don’t rent apartment they cannot afford.

Ada satu hal yang aku ngerasa banget terjadi di society kita, plus aku sering banget denger hal ini. The thing ‘I do not have’. Alasan yang bikin kita pengen beli sesuatu. It’s okay if it’s really needed. But, what often happens is it’s an excuse not to do things. I can’t do this because I don’t have this. Believe it or not, it procrastinates us from our dream. Karena, faktanya adalah membeli sesuatu nggak akan selalu menyelesaikan masalah. Aku punya temen yang ingin membuat video youtube, di awal membeli all the expensive equipments possible, in the end, it leads nowhere, karena ternyata dia nggak seenjoy itu melakukannya dan membuat dia jadi malas membuat video. You see where I am going? Atau kebalikannya, ada orang yang sukses banget jadi youtuber, walaupun di awal hanya menggunakan handphone dan apa aja yang di punya di rumah.

Anyhow, coming more to practice, kesimpulannya begini kira-kira tips dari aku:

 

  1. Be mindful in how we consume and spend. Less on the materialistic things. Put money in what brings you joy
  2. Tentukan dan tulis kebutuhan keluarga juga gaya hidup (arisan, mall, make up dll). Aku pribadi lebih suka menuliskan pemasukan dan pengeluaran satu per satu. Kenapa? Karena dengan menulis, kita jadi sekalian berefleksi mengenai konsumsi kita. Contohnya ‘ya ampun, ternyata aku bayar kopi semahal itu’ atau ‘ternyata dalam sebulan segini total aku jajan diluar’ untuk bulan depan diperbaiki. Saat ini aku menggunakan Template Keuangan Bulanan yang aku buat (downloadable) untuk mencatat cash flow setiap bulannya.

 

3. Jangan terlalu cepat senang-senang. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Karena belanja belanja sesaat, abis itu bingung uangnya kemana?

     4. Give to people who needs, jadi jangan disimpan semua tabungan kalian. Ini hal wajib yang harus dikeluarkan, it’s a need. Dan aku percaya,  berkah dari kebaikan itu akan kembali lagi ke kita Insya Allah

5. Kurasi lah dengan bijak feed instagram dan sosial media kamu

      6. Make more money! Dengan jadi freelancer atau hal yang lain, aku akan bikin blog mengenai ini juga yaaa..

 

Prinsipnya selama cashflow baik, kita juga bisa membuktikan bahwa kita bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan pada kehidupan kita. Jangan termakan gaya atau trend. Punya sesuatu jangan memaksakan diri. Belum mampu beli yang 1 juta ya beli yang 100 Ribu juga cukup. Belum bisa bayar yang 50 Juta, sanggupnya 5 Juta yauda disitu ajah daripada sulit membayar untuk sesuatu yang sekunder.

Semoga bermanfaat yaaaaa

Finance Self growth Thoughts

Bicara Finansial

13th May 2018 - 6 min read

Kemarin-kemarin ini saya secara tidak sengaja menemukan instagram independent financial advisor company bernama Jouska.id yang ternyata sudah banyak sekali difollow oleh orang-orang. Menarik sekali isi-isinya yang meliput sekitaran, tabungan, investasi, gaya hidup modern, hedonism dimana semuanya berkesinambungan. Yang menarik buat saya adalah banyaknya cerita mengenai orang-orang yang terlilit hutang dan bagaimana orang-orang yang selalu merasa kekurangan seiring bertambahnya pemasukan mereka.

Menurut saya (padahal nggak ada yang nanya hehe), semuanya kembali lagi pada prioritas. Different personality, different priority, indeed. Semua pengeluaran yang kita keluarkan adalah pilihan, termasuk kewajiban membayar cicilan selama keputusan membeli di awal adalah keputusan kita sendiri. Untuk saya, aset adalah beban, saat bicara aset termasuk mobil, rumah, dan sebagainya. Aset juga tidak selalu baik. Menurut saya adalah penting untuk set goals dan priority di awal kemana uang akan dialokasikan. Sama seperti hidup, saat kita tidak mempunya goal dan impian, maka hidup akan berjalan berdasarkan aliran yang berjalan disekitar kita. Ibarat kayu di sungai, kita ngikut aja dan saat sadar, kayu itu sudah berada di mulut air terjun dan akan berlanjut ke laut. Intinya, kita punya power untuk memiliki kontrol akan hidup kita yang harus kita gunakan. Same with money, if you don’t have goal and idea on what to use your money for, you’ll be controlled by money before you know it. 

I used to be the person who relates money with greed. Itulah kenapa saya sempat sangat idealis dan hampir menghentikan karir saya saat ini karena saya merasa kesel dengan diri saya sendiri untuk bekerja di corporate in which I think I know I don’t belong to. While in fact, money should have no positive or negative connotation. Money is just a number, and that is the way our society function. First and foremost, change your money mindset. Money is empowering, it helps me to make me who I am. Saya akan tetap mengejar mimpi saya diluar dunia korporasi, but I can’t deny that it helped me to get me where I am now. Sepertinya uang di bank saya tidak banyak, tapi looking back, I have actually done quite some. Experiences I can’t count on, not materialistic things that fades away. Nggak ada yang salah dengan memiliki impian material, tapi kita harus tau dan bisa mengukur apa itu cukup? Karena saat kita selalu mengikutinya, tidak akan pernah ada kata cukup.

Let’s face it! Everything we do and we decide, there is always money involvement around it. Kita boleh justifikasi bahwa uang nggak membeli kebahagiaan dan uang adalah root of all evil. Masalahnya bukan di uangnya sendiri, tapi gimana kita pakainya yang determines its true value. Kalau kita bisa menggunakan uang secara bijaksana, we can do a lot of things with it, bantu keluarga, temen, sosial, dan banyak hal baik lainnya. Fondasi dalam finansial itu adalah SPENDING, bukan investing atau saving. Dan saya setuju banget akan hal itu.

Saya bukan expertise (obviously), tapi kepercayaan dan prioritas saya mengimbangi keputusan-keputusan saya dalam menggunakan uang. Beberapa teman saya bertanya, gimana caranya bisa sering travel, pasti uangnya banyak. It’s not about that. But I sacrifice other things in order to gain something I think it’s more important. Saya nggak sering makan diluar, saya nggak belanja sembarangan, saya pake sistem weekly groceries instead of buying when needed. Karena realitanya adalah, I am no billioanire. I need to spend my money wisely. Saat temen-temen pergi keluar nongkrong tiap hari, selain karena it’s not really my style, but hey if you accumulate how much money will be spent monthly for that, you might want to think twice. I do go out from time to time, but I also invite people over to my place where I cook for them. It’s nicer untuk menjamu orang, it’s cheaper, and you gain more close engagement with your relatives or whoever it is. Win-win right?

Realistis dalam mengeluarkan uang juga adalah salah satu hal penting yang harus ditanamkan di kepala kita. Jangan membeli sesuatu diluar dari kapasitas kita. Dan jangan membeli sesuatu yang nantinya akan menjerumuskan kita, seperti mobil seharga milyaran contohnya sedangkan pemasukan tidak sepadan dengan gaya hidup ini.

Tabungan adalah angka fix yang harus dialokasikan, sama seperti zakat. Bukan mengalokasikan saat sudah tersisa.

Satu hal yang saya notice, di Indonesia semuanya soal life style, if you don’t look rich you will be ignored in a nice place, if you do not wear something cool you will that look get tatapan dan komen nyinyir dari orang disekeliling. Perlakuan orang akan berubah saat kita naik kendaraan tertentu dan pakai tas tertentu, dan disitu gengsi kita akan diuji. Tapi disitulah value kita sebagai manusia juga akan diuji.. Do not do or buy something you know you do not want or need. Never buy something because all the others have it. Don’t we want to be different? Do not let the society defines you by your look, let them define you by your value and knowledge. At the end of the day, saya percaya kok orang-orang yang stick around adalah orang-orang yang satu frekuensi. Jadi menjadi diri sendiri adalah juga cara untuk memfilter pertemanan.

Money is important but it’s more important to understand that we have all the power to control the money, before we get controlled by the money.

Family Finance Self growth Thoughts

Becoming minimalist day by day

6th April 2015 - 7 min read

It’s ironic how human tends to waste money for something unnecessary, by human it is certainly including me.
Start from last year after getting a job, simultaneously I am more considerate about how people are living on the other side of the world. It just happenned to me after I have witnessed lots of things in my 20 yrs of existence and Unfairness still predominently filling my mind seeing those who suffer somewhere else. I feel guilty to have all the glitz and glam while other people are in challenged and having a difficult time. I am glad that my surroundings keep me grounded because the actual testing for human is not when they are poor and suffer, but when they are high and happy – a saying by someone famous. It’s literally the real ordeal when we have everything. I m not saying at all that I am rich, in fact I am hardly saving up for my future plans. But after all, I am earning some amount of money monthly which were something new for me, that thankfully relatively more than what my age earns, especially in my own country. And that transition period normally creates more demand and consumpiton in humany daily behaviour. And that is true..

I thank God that from my childhood, my dad has been very discipline about conducting considerably great parenting to be invested in all of his children. He’s never spoiled any of his kids, well according to my siblings, I have always been the one he has spoiled and yet I have never felt so. Therefore, i can imagine what my siblings were feeling growing up. He’s the most headstrong man and knows exactly where to stand, which at the end creates the best example for four of us. He has planted a mindset to be always live moderately and share fully. 

He is the best philantrophic whom I can always look up to. I remember when I was kid, I cried asking for a cellphone just because all of my friends had them. As a teenager, I felt life was unfair, or well he was unfair because I know he had the money. I could not understand the whole concept of being modest, and the reasoning of it. …. It’s because my family is adequate financially. I always got jealous watching other kids in junior high school running around with their branded stuff, while I barely got new pair of shoes after the other one broken. My dad always says, wear till it’s torn apart and can’t be worn anymore. Otherwise it’s a waste because there are people who can’t even think of buying new shoes, because they are busy thinking how to live and what to eat tomorrow. Little did I know, he has been responsible in some people’s college tuition fee.

Tracing back, I actually have been a compassionate person from when I was a kid in which I think that’s the result of my dad ‘s lesson, by compassionate I mean I can’t stand seeing people in front of me suferring. However, I still buy a lot of unnecessary things with my pocket money or money I earned from working part time. Although it may seem that the whole concept of being modest and minimalist are not acquired so well by me, but it recorded in my brain so well that subconciously that lesson has always stayed. I noticed when I walked in to 20th period of my existence on this planet… when my eyes are wider-open and when I start carefully listening to my inner core. I feel guilty to spend too much money on something. I want to live modest like my dad and share some to other people, yet i didn’t have money that time because I was still a student.

Now that I have a job, I practice of what my dad taught me and understand why he’s never easy in
giving me something. Because all those things require hardwork. And because everything I acquired up to this point involved hardwork, I’ve never been an impulsive spender. I start to understand the value of things.. I try my best to spend things wisely. Too many of my friends older than me have no savings in their 30s and I dont want that to happen to me. Instead, I would love to be able to be a philantrophic by then, meaning that I can already build an empire of my own, before helping others……

The way of keeping my financial running and be minimalist is as following:

1. Invest in any kind of investement instrument: Reksadana.. I am still learning, and got opinion from here and there not to play stocks or trading just yet until I am confident and have the time to. Keep the money running and not stay in place.
2. It’s okay to buy things, at the end life should be balance, but also give up something.
3. Give away extra stuff you have, I cannot really define extras, because you will never get enough. Think about it, thesedays, people have too much stuff that when things lost in between (got stuck in the laundry machine or borrowed by someone), you don’t even notice. So give away, it may end up in someones in need. There is redcross bin in particular locations in the Netherlands, so everything is well maintained and distrubuted. I usually throw my wearable textiles or shoes there.
4. Donate your money to clean up your financial account. I personally believe that sharing your income to people in need will even give you more blessings (It’s something taught in my faith/religion). It feels great to give back to society.
5. Target secondary expenditure every month, allocate to travel, concert, living life basically.

I sure will teach my kids not to buy things but to learn a value of something and to be modest. Again, this is me.. On the other hands, my dad also always says “we can believe what we have believe in is right, but there’s always chance that what other people believe is also right”